Thanks For Your Visit In My Blog

Thanks For Your Visit In My Blog

Selasa, 26 April 2011

Anak Butuh Perhatian Orang Tua

Akhir-akhir ini di televisi atau koran sering muncul mengenai kasus yang berhubungan dengan anak-anak. Entah anak sebagai pelakunya atau anak yang menjadi korban dari suatu peristiwa tersebut. Keterlibatan anak terhadap tindak kriminal seperti yang dialami bocah asal Malang, Jawa timur bernana Sandy Aditya Susanto (SAS) yang gemar merokok diakibatkan karena kurangnya perhatian orangtua. Ternyata selain gemar merokok, bocah ini juga suka berkata kotor dan kurang sopan layaknya perkataan remaja sekarang. Sikap SAS yang tidak mencerminkan sikap anak tersebut tentunya sangat mengkhawatirkan. Bagaimana tidak, bocah seusia dirinya mestinya masih diajari perkataan yang baik dan belum mengetahui yang namanya rokok. Belum terkontaminasi oleh kejelekan. Tapi lingkungan nampaknya telah mengubahnya menjadi liar dan sulit dikendalikan.

Tingkah laku anak usia dini memang dibentuk dari lingkungan. Jika pengaruh lingkungan baik, maka tingkah laku si anak akan baik pula dan sebaliknya. Pada seusia itu, anak masih meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Apa yang diajarkan pada anak, maka akan diikuti oleh anak. Selain faktor lingkungan, tentunya faktor dari orangtua lah yang paling berpengaruh. Sebagai orangtua, sudah seharusnyalah mereka memperhatikan anak-anaknya. Namun karena orangtua yang sibuk dengan pekerjaan atau mengurusi ini itu, membuat orangtua melupakan kewajiban mengurus dan mendidik anak-anaknya. Sejak anak di lahirkan orangtuanya ke muka bumi ini, orangtua sudah dibebani tanggung jawab besar terhadap anak-anaknya. Ayah dan ibu mempunyai peranan besar terhadap anak-anaknya. Peran antara ayah dan ibu sangat diperlukan anak. Orangtua wajib merawat dan membesarkan anak-anaknya. Meskipun peranan ayah dalam keluarga mencari nafkah, sedangkan peran ibu mendidik anak-anaknya. Tetap saja orangtua harus berperan langsung dalam mengurus dan membimbing anak-anaknya.

Saya sering mendengar orangtua menyebutkan kata seperti ‘’jika anak kelaparan, maka ayah yang malu, namun jika anak tidak bisa mengaji, yang malu adalah ibunya.’’ Ini membuktikan bahwa anak tidak dapat dipisahkan dari perhatian yang diberikan orangtua. Namun sayangnya, orangtua terkadang lupa pada anak sehingga kurang memperhatikan anak-anaknya karena orangtua terlalu sibuk mencari nafkah dan mengurusi pekerjaannnya. Kurangnya perhatian orangtua terhadap anak, bisa mendorong anak melakukan hal negatif terhadap dirinya sendiri. Contohnya saja untuk melampiaskan kekesalannya terhadap orangtua, seorang pelajar mengikuti tawuran atau mabuk-mabukan. Anak yang kurang mendapat perhatian orangtuanya, cenderung melakukan hal negatif yang membuat dirinya ingin diperhatikan orang.

Di kota-kota besar seperti Jakarta, orangtua yang bekerja super sibuk dan harus meninggalkan anak-anaknya disaat mereka bekerja, menitipkan anak-anaknya di tempat penitipan anak. Selain anak dititipkan pada nenek dan saudara si orangtuanya, para orangtua memanggil baby sitter ke rumah untuk mengurus anak-anaknya. Dengan intensifnya anak berhubungan dengan baby sitter dibanding orang tuanya, bukan tidak mungkin kedekatan emosional anak lebih dekat dengan pengasuhnya itu. Namun orangtua pun mesti hati-hati menitipkan anaknya di rumah pada baby sitter. Bisa jadi saat orangtua tidak berada di rumah, pengasuh melakukan tindak kriminal seperti menganiyaya atau hal yang tidak terpuji terhadap anak majikannya. Di media pernah tersiar kabar seperti baby sitter memasukkan jempol tangannya pada si anak karena anak tersebut merengek-rengek minta susu. Hal ini perlu diwaspadai oleh orangtua.

Kebahagiaan katanya dapat di beli dengan uang. Orang tua yang kaya raya, terkadang sering memanjakan anaknya dengan uang. Anak di beri uang jajan berlebihan untuk memenuhi kebutuhannya. Orang tua tersebut tidak peduli apakah uangnya di pakai untuk keperluan atau hanya sekedar bersenang-senang dengan teman-temannya. Yang jelas itu mendorong anak berperilaku konsumtif. Tidak adanya orang tua yang mau mendengarkan keluh kesal anak karena jarang ada di rumah, membuat anak malas untuk berada di rumah dan memilih melakukan sesuatu yang negatif semata-mata hanya untuk mencari perhatian dari orang tuanya. Belum lagi tayangan di televisi. Tanpa adanya bimbingan dan campur tangan orang tua, anak bisa dengan bebas menonton tayangan apapun karena orang tua tidak ada disampingnya saat mereka menonton televisi. Anak terkadang meniru apa yang ditayangkan televisi, misalnya saat anak menonton adegan smack down di televisi. Hal ini tentu mengajarkan pada anak mengenai kekerasan. Kekerasan yang sebenarnya tidak layak untuk di lihat anak-anak. Bisa saja setelah melihat tayangan smack down di televisi, anak itu mempraktikan bermain smack down dengan teman-temannya.

Orang tua harus benar-benar memperhatikan, jangan sampai lengah mengawasi anak-anaknya. Jangan karena keasyikan bekerja, anak menjadi terabaikan. Memperhatikan anak di saat bermain, perlu juga dilakukan orang tua. Walaupun anak asyik bermain, tetap saja orangtua haus selalu ada di sampingnya. Bukan tidak mungkin saat orangtuanya tidak ada, anak melakukan sesuatu yang berbahaya untuk dirinya atau ia bermain di tempat yang bukan tempatnya sehingga keselamatan anak terancam. Selain membutuhkan perhatian orangtua, anak juga memerlukan perlindungan dari orangtuanya.

Anak mendapat kedudukan istimewa di hati orang tua. Istilah perumpamaan banyak anak banyak rezeki, bukanlah isapan jempol belaka. Sebab anak menjadi jembatan rezeki dari Tuhan untuk kita. Negara pun memiliki perhatian khusus terhadap anak. Dalam salah satu pasal UUD Dasar 1945, disebutkan bahwa anak wajib mendapatkan pendidikan yang layak dari pemerintah. Itu berarti yang mengurus pendidikan untuk anak bukan hanya dari orangtua saja, tetapi juga negara. Orangtua memberi pendidikan informal pada anak dalam keluarga. Sedang pendidikan formal diperoleh anak dari sekolah. Untuk pendidikan formal, pemerintah wajib memfasilitasi dengan sarana penunjang yang layak.

Maraknya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang melibatkan anak-anak perlu di hindari. Ketika anak menyaksikan orangtuanya bertengkar, hal itu membuat psikologis anak terganggu. Anak dapat menjadi trauma jika orangtua bertengkar di depan anak. Anak merasa ketakutan saat melihat kejadian tersebut yang berulang-ulang untuk kedua, ketiga kalinya. Kasus anak nekat kabur dari rumah, menjadi hal yang biasa sekarang ini. Bahkan kurangnya persetujuan orangtua terhadap pacaran, membawa dampak negatif bagi anak.

Anak nakal, bandel, ataupun baiknya seorang anak sangat ditentukan oleh bagaimana orangtua mengarahkan dan mendidik anak-anaknya. Dalam buku Tarbiyatu Al-Awlad karangan Dr. Abdullah Nasih disebutkan beberapa metode pendidikan anak. Diantaranya pertama, pendidikan dengan keteladanan. Yakni mendidik tidak hanya dengan sekedar mengajarkan, tapi dituntut pula untuk melaksanakannya. Kedua, pendidikan dengan kebiasaan, yakni anak dibiasakan hidup baik untuk membentuk akhlak yang baik. Ketiga, pendidikan dengan nasehat. Nasehat lembut tapi mengena atau nasehat yang bisa menggugah perasaannya bukan dengan marah-marah dan caci maki. Keempat, pendidikan dengan perhatian. Orangtua harus punya perhatian dan dukungan terhadap apa yang dilakukan anaknya. Jika yang dilakukan anak adalah salah, maka orangtua harus bertindak dengan memberi penjelasan tentang perbuatan salah tersebut, dan sebaliknya. Tanggal 17 Juni pemerintah menetapkan sebagai hari anak nasional. Tandanya anak perlu diperlakukan khusus dan istimewa oleh kita. Anak merupakan generasi penerus sekaligus aset untuk orangtua, negara, dan bangsa yang harus kita jaga. Untuk itu berilah perlakuan khusus pada anak dengan perhatian dan pendidikan sejak dini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar